Matahari berada pada titik solar maksimum, yakni periode yang ditandai dengan letusan Matahari dahsyat dan ledakan partikel bermuatan yang mengarah ke Bumi. Gejolak ini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap satelit-satelit yang berada di orbit rendah Bumi (LEO).
Menurut laporan dari Gizmodo, gelombang migrasi satelit ini telah membawa banyak keprihatinan, terutama terkait pengaruh orbit satelit yang berubah secara signifikan. William Parker, seorang peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT), menyampaikan bahwa Bumi telah mengalami dua badai geomagnetik yang disebabkan oleh letusan Matahari. Berdampak pada ribuan satelit, badai-badai ini mengakibatkan migrasi massal yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Badai geomagnetik adalah gangguan pada magnetosfer Bumi, yakni gelembung besar medan magnet di sekitar planet kita yang disebabkan oleh angin Matahari. Penelitian Parker menunjukkan bahwa badai-badai ini mempengaruhi orbit satelit dengan cara yang signifikan.
Salah satu contoh badai geomagnetik yang mencolok terjadi pada bulan Mei lalu. Badai geomagnetik G5 (badai ekstrem) menghantam Bumi sebagai akibat dari pelepasan plasma dalam jumlah besar dari korona Matahari yang juga dikenal sebagai lontaran massa koronal. Badai G5 ini adalah badai pertama yang menghantam Bumi dalam kurun waktu lebih dari 20 tahun. Akibatnya, beberapa dampak buruk pada jaringan listrik Bumi terjadi, dan aurora spektakuler terlihat di sebagian besar belahan dunia.