Salah satu rempah yang menjadi andalan dari perdagangan kedua kesultanan ini adalah cengkih. Ternate dikenal sebagai pusat produksi cengkih terbesar, sedangkan Tidore terkenal dengan produksi pala yang melimpah. Para pedagang dari Tiongkok dan Eropa rela menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan rempah-rempah ini dari kedua kesultanan tersebut. Hal ini menjadikan Ternate dan Tidore sebagai pusat perdagangan yang sangat ramai dan menjadi salah satu tempat paling penting dalam jalur perdagangan rempah di masa lalu.
Perdagangan rempah di Kesultanan Ternate dan Tidore juga telah memengaruhi perkembangan politik dan sosial di wilayah Maluku. Kedua kesultanan ini bersaing untuk mendominasi perdagangan rempah, yang pada akhirnya memicu konflik antara keduanya. Para pedagang Eropa turut campur tangan dalam konflik ini, yang pada akhirnya membuat perdagangan rempah semakin terfragmentasi dan memicu persaingan yang sengit di antara kedua kesultanan.
Peran kesultanan Ternate dan Tidore dalam perdagangan rempah di Kepulauan Maluku tidak dapat dipandang remeh. Kedua kesultanan ini telah menjadi pusat perdagangan yang sangat penting dalam sejarah perdagangan rempah di dunia. Dengan produksi rempah yang melimpah dan posisi geografis yang strategis, Ternate dan Tidore telah memainkan peran yang sangat signifikan dalam membentuk jalur perdagangan rempah di masa lalu.