Tampang.com | Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi kembali melontarkan wacana penyelarasan kurikulum pendidikan dengan kebutuhan dunia industri. Gagasan ini disebut sebagai bagian dari strategi besar “link and match” agar lulusan sekolah dan perguruan tinggi langsung siap kerja.
Namun di tengah gencarnya kampanye ini, muncul pro dan kontra dari berbagai pihak. Sebagian menyambut baik, sebagian lagi mengkritik keras.
Tujuan: Reduksi Pengangguran Terdidik
Menurut data BPS, tingkat pengangguran terbuka (TPT) untuk lulusan SMA dan sarjana masih tinggi, mencapai 8–9% per awal 2025. Hal ini dianggap karena adanya mismatch antara kompetensi lulusan dengan kebutuhan industri.
“Kurikulum harus adaptif. Kita butuh SDM yang sesuai dengan tantangan zaman, bukan sekadar gelar,” ujar Dirjen Vokasi Kemendikbud, Kiki Yuliati, dalam konferensi pers awal tahun ini.