Menurutnya, keterlibatan TNI di kampus bukanlah hal baru. Dalam beberapa program studi seperti teknik pertahanan, keamanan siber, maupun manajemen bencana, kehadiran narasumber atau praktisi dari TNI dinilai sangat relevan dan dibutuhkan. Ia juga menekankan bahwa semua kegiatan tersebut tetap berada dalam koridor akademik dan bersifat sukarela, bukan dalam bentuk penugasan militeristik.
“Kita tidak bicara soal indoktrinasi atau militerisasi kampus. Ini murni dalam konteks akademik dan penguatan sumber daya manusia. Kita ingin mahasiswa punya wawasan luas, tidak hanya teoritis tapi juga aplikatif,” tambahnya.
Pernyataan Mendikti saintek ini pun menuai respons beragam dari masyarakat. Beberapa pihak mendukung ide kolaborasi kampus dengan TNI, mengingat pentingnya sinergi antara dunia akademik dan sektor pertahanan. Namun, sebagian lainnya tetap mewanti-wanti agar ruang akademik tetap dijaga sebagai tempat berpikir kritis dan bebas dari intervensi berlebihan.
Sementara itu, beberapa universitas negeri terkemuka sudah mengonfirmasi bahwa mereka memang memiliki kerja sama dengan instansi militer, utamanya dalam riset pertahanan, teknologi drone, hingga program bela negara yang bersifat sukarela.