Tampang.com | Pemerintah kembali mengubah kurikulum pendidikan nasional. Kali ini disebut sebagai "Kurikulum Nasional 2025" dengan fokus pada penguatan kompetensi karakter dan fleksibilitas pembelajaran. Namun, perubahan yang terlalu sering ini justru menimbulkan kebingungan di lapangan.
Guru dan Sekolah Kewalahan Adaptasi
Sejumlah guru mengaku tidak diberi waktu yang cukup untuk memahami struktur baru sebelum harus mengimplementasikannya. “Belum selesai memahami kurikulum sebelumnya, sudah diganti lagi. Kami seperti kelinci percobaan,” ungkap Rita Sari, guru SMP di Jawa Tengah.
Kurikulum Terlalu Elitis, Tidak Sesuai Kenyataan
Banyak sekolah di daerah merasa kurikulum terlalu menuntut digitalisasi dan kemandirian siswa tanpa memperhitungkan keterbatasan infrastruktur. “Kalau internet saja tidak stabil, bagaimana bisa menerapkan pembelajaran berbasis proyek digital?” keluh kepala sekolah di Lombok Timur.