Tampang.com | Pemerintah kembali menggulirkan perubahan kurikulum demi meningkatkan kualitas pendidikan. Namun, kritik muncul karena implementasinya dinilai tidak merata dan tidak menyentuh akar persoalan utama: ketimpangan sumber daya dan kualitas guru di daerah tertinggal.
Kurikulum Merdeka, Tapi Sekolah Belum Merdeka
Di kota besar, beberapa sekolah swasta dan negeri unggulan mulai mengadopsi Kurikulum Merdeka dengan fasilitas dan pelatihan guru yang memadai. Sebaliknya, di desa-desa, masih banyak guru tidak tahu cara menerapkannya karena keterbatasan pelatihan dan akses informasi.
“Di atas kertas kurikulumnya bagus, tapi kami belum dapat pelatihan apapun. Kami masih mengandalkan modul lama,” keluh Pak Wahid, guru SD di Nusa Tenggara Barat.