Tampang

Kenapa IPK Sering Jadi Momok Mahasiswa?

25 Agu 2025 21:32 wib. 12
0 0
Tanda Tanya
Sumber foto: Canva

Indeks Prestasi Kumulatif atau IPK ibarat kartu rapor besar yang jadi tolok ukur utama keberhasilan akademik seorang mahasiswa. Sejak awal masuk kuliah, IPK sudah jadi topik pembicaraan, mulai dari target yang ingin dicapai sampai kekhawatiran jika nilainya tidak sesuai harapan. Tidak heran kalau IPK seringkali menjadi momok, sumber kecemasan dan tekanan yang tak berkesudahan bagi banyak mahasiswa. Angka-angka ini seolah menentukan masa depan, padahal perjalanan seorang mahasiswa jauh lebih kompleks dari sekadar nilai di lembar transkrip.

Tekanan Sosial dan Standar yang Terlalu Tinggi

IPK seringkali menjadi simbol status di lingkungan akademik. Mahasiswa dengan IPK tinggi sering dipuji, diberi beasiswa, atau dianggap lebih pintar. Ini menciptakan tekanan sosial yang besar, di mana mahasiswa lain merasa harus mengejar standar yang sama, atau bahkan lebih tinggi. Lingkungan yang kompetitif ini bisa memicu perbandingan diri yang tidak sehat. Kita cenderung membandingkan IPK kita dengan teman sekelas, dan jika nilainya lebih rendah, rasa tidak percaya diri atau kegagalan bisa muncul.

Selain itu, tekanan juga datang dari orang tua. Banyak orang tua punya ekspektasi tinggi agar anaknya lulus dengan nilai cumlaude. Niatnya baik, yaitu untuk mendorong motivasi, tapi kadang ekspektasi ini justru menjadi beban yang berat. Rasa takut mengecewakan keluarga bisa membuat mahasiswa merasa tertekan setiap kali menghadapi ujian atau tugas. Mereka jadi lebih fokus pada angka daripada pada proses belajar yang seharusnya dinikmati.

<123>

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

IHSG Turun ke Level 6.882 Sore Hari Ini
0 Suka, 0 Komentar, 26 Jun 2024

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?