Padi, sebagai makanan pokok sebagian besar penduduk dunia, adalah tanaman yang sangat vital. Petani bekerja keras dari menanam hingga memanen, berharap hasil maksimal. Namun, perjalanan padi dari bibit hingga menjadi gabah tidak selalu mulus. Banyak sekali musuh tak terlihat yang siap mengintai, mereka adalah hama. Kehadiran hama ini bukan sekadar gangguan kecil; mereka bisa menyebabkan gagal panen, kerugian ekonomi besar bagi petani, dan mengancam ketahanan pangan. Mengenali siapa saja hama utama ini dan bagaimana mereka menyerang jadi langkah awal penting untuk melindungi sang mutiara hijau.
Wereng Batang Coklat: Teror Penghisap Cairan
Salah satu hama paling ditakuti petani padi di Asia, termasuk Indonesia, adalah wereng batang coklat (Nilaparvata lugens). Serangga kecil ini mungkin terlihat tidak berbahaya, tapi daya rusaknya luar biasa. Mereka hidup berkelompok di pangkal batang padi, menghisap cairan tanaman tanpa henti. Akibatnya, tanaman padi yang diserang akan menguning, mengering, lalu berubah warna menjadi coklat, seolah terbakar. Kondisi ini sering disebut hopperburn.
Bukan cuma itu, wereng batang coklat juga bisa jadi vektor atau pembawa penyakit virus, seperti virus tungro atau kerdil rumput. Jadi, satu wereng bisa menyebabkan kerusakan ganda: menghisap nutrisi dan menyebarkan penyakit. Populasi wereng bisa meledak sangat cepat dalam kondisi lingkungan yang mendukung, menjadikan pengendaliannya sangat sulit dan butuh strategi terpadu.
Tikus Sawah: Perusak Massal Tanpa Ampun
Dari kelompok mamalia, tikus sawah (Rattus argentiventer) adalah biang kerok yang paling sering bikin petani pusing tujuh keliling. Hewan pengerat ini punya nafsu makan yang rakus dan kemampuan berkembang biak yang cepat. Mereka menyerang padi di semua fase pertumbuhan, mulai dari persemaian, fase vegetatif (pertumbuhan anakan), hingga fase generatif (pengisian bulir).