Gagasan ini mendapat berbagai tanggapan dari masyarakat. Beberapa pihak menyambut baik ide ini, dengan harapan bahwa pengelolaan tambang oleh kampus dapat mengurangi beban finansial para mahasiswa. Selain itu, langkah ini juga dinilai dapat meningkatkan kualitas pendidikan melalui dana tambahan yang dihasilkan dari sektor tambang.
“Jika dikelola dengan baik, ini bisa menjadi win-win solution. Mahasiswa tidak perlu membayar uang kuliah yang tinggi, dan kampus tetap memiliki sumber pendapatan yang stabil,” ujar Siti Rahmawati, seorang pemerhati pendidikan.
Namun, ada juga yang mempertanyakan kesiapan perguruan tinggi untuk mengelola tambang. “Mengelola tambang membutuhkan keahlian dan infrastruktur yang tidak sederhana. Apakah kampus di Indonesia sudah siap untuk mengambil tanggung jawab sebesar itu?” tanya seorang ekonom yang enggan disebutkan namanya.
Selain sebagai sumber pendapatan, tambang yang dikelola oleh kampus juga dapat menjadi wadah untuk menciptakan kolaborasi antara pendidikan dan industri. Didin menyebutkan bahwa mahasiswa, terutama di bidang teknik pertambangan, geologi, dan lingkungan, dapat memanfaatkan tambang sebagai laboratorium praktikum langsung.
“Ini adalah peluang untuk memperkuat link and match antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Mahasiswa akan mendapatkan pengalaman langsung di lapangan, yang nantinya sangat berguna ketika mereka memasuki dunia kerja,” jelasnya.