Senja selalu menyajikan pemandangan yang memukau. Langit yang biasanya biru di siang hari, secara perlahan berubah menjadi palet warna oranye, jingga, dan merah yang dramatis. Fenomena alam ini seringkali diabadikan dalam karya seni, puisi, dan fotografi. Namun, di balik keindahan visualnya, ada penjelasan ilmiah yang menarik dan kompleks. Warna-warni di langit senja bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari interaksi cahaya matahari dengan atmosfer bumi. Untuk memahami mengapa langit senja berwarna merah, kita perlu melihat lebih dekat bagaimana cahaya bekerja dan bagaimana atmosfer memengaruhinya.
Perjalanan Cahaya Matahari Menembus Atmosfer
Cahaya matahari yang kita lihat di siang hari sebenarnya adalah gabungan dari berbagai spektrum warna. Spektrum ini, yang dikenal sebagai cahaya putih, terdiri dari semua warna pelangi: merah, oranye, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Masing-masing warna memiliki panjang gelombang yang berbeda. Warna dengan panjang gelombang terpendek adalah ungu dan biru, sementara warna dengan panjang gelombang terpanjang adalah merah.
Atmosfer bumi terdiri dari berbagai partikel gas, terutama nitrogen dan oksigen, serta partikel-partikel kecil lainnya seperti debu, uap air, dan polutan. Saat cahaya matahari memasuki atmosfer, partikel-partikel ini berinteraksi dengan cahaya dalam sebuah proses yang disebut penghamburan Rayleigh. Proses ini dinamai dari fisikawan Inggris Lord Rayleigh, yang pertama kali menjelaskan mengapa langit berwarna biru. Penghamburan Rayleigh terjadi ketika cahaya berinteraksi dengan partikel-partikel yang ukurannya jauh lebih kecil dari panjang gelombang cahaya itu sendiri.