Para peneliti memperkirakan penyusutan persediaan air secara ekstrem ini disebabkan oleh "kiamat" pemanasan global. Michael Bosilovich dari NASA menyatakan bahwa pemanasan global menyebabkan atmosfer menahan uap air lebih banyak dan lebih lama sehingga menimbulkan curah hujan ekstrem.
Periode panjang antara hujan yang intens ini membuat tanah mengering dan lebih padat. Hasilnya, kemampuan tanah menyerap air hujan turun. Ia mengatakan bahwa level air tawar tetap rendah sepanjang El Nino 2014-2016 pada saat air "terperangkap" di atmosfer.
Konsekuensi dari fenomena krisis air yang terjadi di berbagai belahan dunia perlu mendapat perhatian serius. Diperlukan langkah-langkah konkret untuk menjaga kelestarian sumber daya air, mulai dari upaya penghematan air, pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan, hingga peningkatan kesadaran akan pentingnya konservasi air di masyarakat global.
Semua pihak, baik pemerintah, organisasi internasional, maupun individu, harus bersatu tindak untuk menjaga keberlangsungan sumber air bersih di Bumi. Dengan demikian, masa depan ketersediaan air yang lebih baik dapat diwujudkan.