2. Ambiguitas struktural, terjadi ketika susunan kata atau kalimat menyebabkan kebingungan dalam penafsiran. Sebagai contoh, kalimat "Saya melihat pemain basket dengan kacamata." Apakah yang memakai kacamata adalah saya atau pemain basket?
3. Ambiguitas leksikal, muncul saat penggunaan kata yang sama memiliki arti yang berbeda dalam konteks yang berbeda. Sebagai contoh, kata "besar" dalam kalimat "Dia memiliki rumah besar" bisa merujuk pada ukuran atau pentingnya rumah tersebut.
Dalam konteks komunikasi, keberadaan ambiguitas dapat mempengaruhi pemahaman antara pembicara dan pendengar. Terutama dalam konteks bisnis, hukum, atau ilmu pengetahuan, ambiguitas dapat berdampak serius, bahkan dapat menyebabkan kesalahpahaman atau konsekuensi yang merugikan.
Penjelasan Mengenai Ambiguitas
Pentingnya memahami ambiguitas dalam komunikasi menjadi semakin terlihat dalam era digital saat ini. Terutama dengan keberadaan teks pendek dan simbol-simbol dalam media sosial, ambiguitas dapat muncul dengan mudah. Misinterpretasi dan spekulasi dapat dengan cepat menyebar ketika suatu pesan diinterpretasikan secara ambigu.
Dalam dunia hukum, ambiguitas dapat menyebabkan perbedaan penafsiran terhadap suatu peraturan atau kontrak, yang pada akhirnya dapat berujung pada sengketa hukum. Oleh karena itu, penggunaan bahasa yang jelas dan terstruktur dengan baik sangatlah penting untuk menghindari ambiguitas dalam konteks ini.