Namun, dua faktor yang disebut-sebut menjadi biang kerok utama dari ambruknya penjualan mobil Jerman adalah China dan transisi ke mobil elektrik. Horst Schneider, kepala riset otomotif Eropa di Bank of America, mengatakan bahwa dampak pengembangan mobil listrik ternyata jauh lebih besar dari yang dibayangkan, karena permintaan telah turun dari yang diantisipasi, sementara kompetisi dengan negara lain makin meningkat. Dia juga menjelaskan bahwa pasar mobil China saat ini telah pulih sepenuhnya setelah pandemi, namun hal ini tidak terjadi di Jerman. Di sisi lain, mobil listrik asal Jerman sulit bersaing karena harganya yang selangit, sementara China berhasil mengembangkan mobil listrik yang lebih terjangkau. Perdagangan antara China dan Eropa turut memperburuk kondisi pasar mobil-mobil Jerman.
Selain itu, berakhirnya subsidi kendaraan listrik di Jerman juga memperburuk kondisi ini. Meskipun ada sedikit harapan dengan makin populernya mobil hybrid dan peningkatan penjualan mobil konvensional, sejumlah pihak tetap mengingatkan pentingnya kerangka kerja untuk mengatasi permasalahan terkait regulasi dan memfokuskan kembali pada kualitas.
Juru bicara VDA juga melihat perlunya transformasi pada sisi produksi mobil-mobil Jerman. Ia menekankan bahwa diperlukan reformasi politik, bukan regulasi, serta pragmatisme, bukan manajemen mikro. Selain itu, perlu adanya perpaduan modern antara kebijakan ekonomi yang berorientasi pasar dan pembentukan kebijakan industri.