Keluarga korban telah mengajukan tuntutan hukum terhadap Tesla atas insiden tersebut. Mereka mengklaim bahwa Tesla telah melakukan penipuan terkait dengan teknologi Autopilot mereka. Teknologi tersebut memungkinkan mobil untuk berjalan dengan sistem pengemudi otomatis sebagian.
Pengemudi Tesla yang menjadi korban bernama Genesis Giovanni Mendoza-Martinez. Ia menabrak truk pemadam kebakaran yang sedang terparkir ketika menggunakan sistem Autopilot pada Tesla Model S di Walnut Creek, California, Amerika Serikat (AS). Saudara lelakinya, Caleb, yang menjadi penumpang juga mengalami luka-luka parah.
Keluarga Mendoza kemudian menggugat Tesla pada bulan Oktober di Contra Costa County. Kemudian gugatan tersebut dipindahkan ke pengadilan federal di Distrik Utara California.
Pengacara dari pihak keluarga Mendoza menuduh bahwa Tesla dan Musk telah membesar-besarkan klaim soal kecanggihan sistem Autopilot selama bertahun-tahun. Dengan begitu, banyak orang antusias untuk mencoba sistem Autopilot Tesla dan hal ini mempengaruhi profit perusahaan.
Tuduhan tersebut didasari dengan bukti tweet, blog perusahaan, dan pernyataan Musk dalam laporan kinerja perusahaan serta wawancara dengan media.
Pengacara dari pihak Tesla berpendapat bahwa kelalaian dari korban merupakan penyebab terjadinya kecelakaan. Mereka juga menyatakan bahwa materi promosi Tesla tidak seharusnya menjadi faktor yang signifikan dalam terjadinya insiden tersebut.
Setidaknya terdapat 15 kasus aktif yang berfokus pada kecelakaan Tesla yang melibatkan sistem Autopilot atau FSD (Full Self-Driving) milik perusahaan. Tiga di antaranya sudah berlanjut ke pengadilan federal.
FSD merupakan versi premium dari sistem Autopilot Tesla. Jika Autopilot sejatinya menjadi opsi standar pada mobil Tesla, maka FSD membutuhkan biaya langganan premium dari konsumen.
Kasus tabrakan yang melibatkan Mendoza-Martinez juga memicu penyelidikan terhadap sistem Autopilot Tesla yang dilakukan oleh Lembaga Keamanan Lalu Lintas Nasional AS (NHTSA) pada Agustus 2021. Sebagai bagian dari penyelidikan tersebut, Tesla melakukan berbagai perubahan pada sistemnya, termasuk melakukan pembaruan software secara otomatis atau over-the-air (OTA).