Revolusi Tinju di Abad ke-19
Pada awal abad ke-19, tinju mulai mengalami perubahan signifikan dengan diperkenalkannya aturan-aturan yang lebih formal. Salah satu peristiwa penting dalam sejarah tinju adalah pengenalan Aturan London Prize Ring pada tahun 1838 dan kemudian digantikan oleh Aturan Queensberry pada tahun 1867. Aturan Queensberry, yang diperkenalkan oleh John Graham Chambers dan disponsori oleh Marquess of Queensberry, mengatur penggunaan sarung tangan, durasi ronde, dan larangan praktik-praktik berbahaya. Aturan ini menjadi dasar bagi tinju modern dan membantu meningkatkan popularitas serta legitimasi olahraga ini.
Era Modern dan Popularitas Global
Memasuki abad ke-20, tinju semakin mendunia dengan munculnya petinju-petinju legendaris seperti Jack Johnson, Muhammad Ali, Joe Frazier, dan Mike Tyson. Era ini ditandai dengan pertarungan-pertarungan epik yang menarik perhatian jutaan penonton di seluruh dunia. Muhammad Ali, misalnya, tidak hanya dikenal karena kehebatannya di ring, tetapi juga karena kontribusinya dalam isu-isu sosial dan politik, menjadikannya ikon global.
Di sisi lain, tinju wanita mulai mendapatkan pengakuan pada akhir abad ke-20. Pada tahun 1904, tinju wanita diperkenalkan di Olimpiade sebagai olahraga demonstrasi, dan baru pada tahun 2012, tinju wanita resmi menjadi bagian dari Olimpiade. Petinju wanita seperti Laila Ali, putri dari Muhammad Ali, dan Katie Taylor, seorang petinju Irlandia yang sukses, telah membantu meningkatkan popularitas dan penerimaan tinju wanita di dunia.