Berkaca dari pengalamannya, Melli juga sempat menempuh pendidikan doktoral di luar Amerika Serikat, yaitu konsentrasi politik dan hukum di China University. Melli merasa mendapatkan pengalaman menimba ilmu yang berbeda saat berada di China. "Jadi saya sendiri juga pernah kuliah di China, jadi saya pernah mengalami, walaupun saya tidak selesai, saya ambil PhD di Beijing, di China University of Political Science, itu pengalaman yang sangat berbeda. Tetapi saya menghargai bahwa pendidikan itu di setiap negara itu pasti ada sesuatu yang kita bisa dapat," tambah Melli.
Ia berharap para calon mahasiswa dan mahasiswa lainnya tetap bersemangat menghadapi polemik yang terjadi di Amerika Serikat tersebut. Semangat untuk terus belajar perlu dijaga mesti berada dalam kondisi sulit. "Jadi kita juga dengan tantangan sementara ini, saya pikir yang mudah-mudahan tetap harus punya semangat untuk sekolah keluar negeri, membuka diri, dan juga berinvestasilah pada diri kamu sendiri dengan pendidikan yang bermutu. Karena itu akan benar-benar menjadi investasi yang return on equity-nya besar sekali," ujar Melli.
Keyakinan Harvard Bisa Terima Mahasiswa Asing Melli yakin kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang melarang Harvard University menerima mahasiswa asing hanya bersifat sementara. Melli yakin Harvard University bisa tetap menerima mahasiswa asing dari berbagai negara. "Itu (polemik Trump) saja menurut saya enggak mungkin sepanjang. Tapi lagi-lagi kita berharap ini hanya temporary, dan juga yang saya pahami adalah sebenarnya juga yang saya pahami adalah kalau dari segi hukum konstitusi itu sebenarnya dasar-dasar untuk mempertahankan hak-hak (menerima mahasiswa asing) yang ada itu kuat gitu loh," kata Melli.