“Jadi seolah-olah khalayak ramai melihat kami tidak melayani makan para atlet. Ada beberapa atlet yang memang saat itu belum mempunyai hak untuk dapat pelayanan konsumsi,” ujarnya di Media Center PON Aceh, Kamis (12/09).
Menurut Diaz, mekanisme pengantaran makanan dan snack dilakukan melalui Liaison Officer atau LO pada setiap kontingen. Namun pada saat tertentu, terjadi miskomunikasi. Akhirnya, paket makanan terlambat sampai.
“Jadi titik ini kadang-kadang belum kami sepakati. Sehingga menyebabkan kadang penyedia katering mengantarkan makanan ke hotel, sementara atlet sudah menuju ke lokasi pertandingan. Mungkin ini penyebab terjadinya keterlambatan,” ujar Diaz.
Lebih lanjut, Diaz juga menjelaskan alasan vendor yang dipilih untuk menyediakan konsumsi para atlet berasal dari Jakarta, bukan pelaku usaha lokal di Aceh. Menurut Diaz, pemilihan vendor makanan dan snack dilakukan melalui e-Purchasing, yakni pembelian barang atau jasa pemerintah melalui sistem katalog elektronik atau toko daring. Hal ini mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Setiap vendor harus memenuhi berbagai kriteria agar dapat menjadi penyedia. Di antaranya pengalaman melayani konsumsi untuk ajang-ajang besar seperti PON. Menurut Diaz, tidak ada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Aceh yang memenuhi persyaratan itu di laman Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE).
“Kita melihat mungkin ada harapan UMKM bisa masuk. Jadi kalau kita lihat di halaman LPSE itu tidak ada dari penyedia kabupaten dan kota yang memang melakukan ataupun mendaftar kepada e-Purchasing ini, jadi kami tetap pilih satu penyedia sehingga merekalah yang mengkoordinir di kabupaten dan kota terkait pelaksanaan penyediaan makanan dan snack,” kata Diaz.
Di tengah hujan kritik, Menteri Pemuda dan Olahraga, Ario Bimo Nandito Ariotedjo, justru memuji kesiapan PB PON Wilayah Sumut. Bahkan, ia menyebut ajang ini lebih baik dari Sea Games Kamboja 2023 serta Olimpiade Paris 2024.
"Semua yang diviralkan itu sebenarnya tidak seberapa dibandingkan dengan kesiapan Sumut yang luar biasa," ujar Dito dalam temu pers yang berlangsung di Media Center PON Sumut, Jumat (13/9/2024) malam.
Pada kedatangannya kali ini, Dito meninjau venue Stadion Utama Sumut di kompleks Sport Center Sumut yang akan dipakai untuk acara closing ceremony PON XXI Aceh-Sumut. Ia juga melihat venue voli indoor yang viral beberapa waktu lalu.
"Dan saya bisa pastikan penyelenggaraan PON Aceh-Sumut ini jauh lebih baik dibandingkan Sea Games Kamboja kemarin, walau masih ada kekurangan yang tetap harus dituntaskan," kata dia.
Dito tak menampik pembangunan beberapa venue PON kali ini belum rampung sepenuhnya. Namun pembenahan akan terus dilakukan. Di sisi lain, ia juga sudah mengecek langsung proses penyediaan makanan bagi para atlet dan mengklaim kualitasnya kini meningkat.
“Tapi, ini jadi satu-satunya venue terbaik di Indonesia. Jalannya sudah tidak becek," ujarnya.