Kenapa?
Karena secara psikologis, Martin kini dalam posisi menyerang yang berubah menjadi bertahan, dan Bagnaia berada di bawah tekanan untuk membalas dominasi rivalnya. Situasi ini membuat setiap seri selanjutnya menjadi krusial bagi keduanya.
Respons dari Paddock: Saling Hormat tapi Tegang
Dalam wawancara pasca-balapan, Jorge Martin menyampaikan bahwa dirinya “bangga bisa berada di puncak klasemen” namun tetap merendah dan fokus pada balapan selanjutnya. Bagnaia pun tak menunjukkan sikap panik, namun mengakui bahwa musim ini lebih kompetitif dibanding sebelumnya.
Beberapa pengamat menyebutkan bahwa ini adalah salah satu musim paling menarik dalam lima tahun terakhir. Dua pembalap dari tim berbeda meski masih di bawah payung Ducati bersaing ketat tanpa ada dominasi mutlak.
Ducati dalam Dilema: Dua Jagoan, Satu Gelar
Situasi ini menjadi tantangan tersendiri bagi Ducati. Di satu sisi, mereka bangga karena dua pembalap teratas di klasemen adalah pengguna motor mereka. Tapi di sisi lain, mereka harus berhati-hati dalam menjaga keseimbangan dukungan, agar tidak memicu konflik internal seperti yang pernah terjadi antara Rossi dan Lorenzo di masa lalu.
Ducati Corse secara resmi menyatakan bahwa mereka “tidak akan melakukan team order,” dan akan membiarkan keduanya bersaing secara fair. Namun tentu saja, keputusan teknis seperti pengembangan motor, pilihan ban, dan strategi pit tetap bisa menjadi pembeda di lapangan.
Apa yang Bisa Kita Harapkan Selanjutnya?
Dengan sisa sekitar 9 seri lagi menuju akhir musim, segalanya masih mungkin terjadi. Berikut beberapa faktor yang akan menentukan siapa yang keluar sebagai juara dunia: