Dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi Piala Dunia U-17, pelatih dan jajaran manajemen Timnas Indonesia U-17 mengambil langkah tegas: melarang para pemain aktif di media sosial selama masa persiapan. Keputusan ini menuai berbagai reaksi, namun disepakati sebagai bentuk komitmen terhadap performa maksimal di turnamen paling bergengsi di kelompok usia tersebut.
Langkah ini bukan tanpa alasan. Di tengah era digital, media sosial kerap menjadi distraksi besar bagi para pemain muda. Dengan banyaknya tekanan dari publik, komentar negatif, dan potensi hilangnya fokus latihan, pembatasan ini dinilai sebagai strategi penting untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi perkembangan mental dan fisik skuad Garuda Muda.
Kenapa Pemain Dilarang Main Media Sosial?
Media sosial memang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan generasi muda, termasuk para atlet. Namun bagi pelatih Timnas U-17, Bima Sakti Tukiman, keberadaan media sosial justru bisa menjadi pedang bermata dua saat pemain sedang menjalani pemusatan latihan.
“Kami ingin anak-anak fokus total. Mereka mewakili bangsa, dan perlu suasana yang tenang tanpa gangguan dari luar, terutama komentar negatif yang bisa memengaruhi mental mereka,” ujar Bima Sakti dalam konferensi pers beberapa waktu lalu.
Beberapa alasan utama pelarangan penggunaan media sosial antara lain:
-
Menghindari Tekanan Mental Berlebih
Pemain muda cenderung masih labil secara mental. Paparan komentar pedas, perbandingan dengan pemain lain, atau ekspektasi tinggi publik bisa membuat mereka kehilangan rasa percaya diri.
-
Fokus Maksimal dalam Latihan
Seluruh program pemusatan latihan dirancang dengan intensitas tinggi. Tanpa distraksi digital, pemain diharapkan bisa istirahat dengan cukup, menjaga pola makan, dan fokus pada pemulihan.
-
Menjaga Kekompakan dan Privasi Tim
Kadang, unggahan foto atau video di media sosial bisa membocorkan strategi latihan atau kondisi tim. Hal ini bisa dimanfaatkan lawan untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan skuad.