Evolusi seragam tim Liga Indonesia mencerminkan perjalanan panjang dan dinamis dalam sejarah sepak bola tanah air. Sejak era kompetisi perserikatan hingga era modern Liga 1, seragam tim tidak hanya menjadi identitas klub, tetapi juga mencerminkan perubahan sosial dan teknologi.
Pada awalnya, seragam tim di Liga Indonesia cukup sederhana. Bahan yang digunakan umumnya terbuat dari katun tebal dengan desain yang minim. Warna-warna yang dipilih seringkali adalah warna-warna dasar seperti merah, putih, atau biru. Dalam kompetisi perserikatan yang populer pada era 1950-an hingga 1970-an, seragam lebih sering difokuskan pada fungsionalitas daripada estetika. Klub-klub seperti Persija Jakarta, Persib Bandung, dan PSM Makassar mengenakan seragam dengan desain klasik yang tidak banyak perubahan dari tahun ke tahun.
Memasuki era Galatama pada akhir 1970-an dan 1980-an, mulai terlihat perubahan pada desain seragam. Teknologi tekstil mulai berkembang dan bahan polyester mulai digunakan, menggantikan katun yang berat dan mudah menyerap keringat. Klub-klub mulai bereksperimen dengan desain yang lebih modern dan menarik. Logo sponsor juga mulai muncul di seragam, menandakan awal dari komersialisasi dalam sepak bola Indonesia. Pada masa ini, seragam klub seperti Arseto Solo dan Pelita Jaya mulai dikenal dengan warna dan desain yang lebih berani.
Transformasi terbesar dalam evolusi seragam tim Liga Indonesia terjadi pada era Liga Indonesia yang dimulai pada pertengahan 1990-an. Dengan terbentuknya liga profesional, klub-klub semakin serius dalam mendesain seragam mereka. Material yang digunakan semakin canggih, dengan teknologi yang membantu meningkatkan performa pemain di lapangan. Desain seragam menjadi lebih kompleks dan estetis, dengan warna-warna cerah dan pola yang inovatif. Klub-klub besar seperti Arema Malang, Persebaya Surabaya, dan Persipura Jayapura mulai memiliki identitas yang kuat melalui desain seragam yang unik.