Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Cilegon, Heni Anita Susila, menambahkan bahwa program MBG didesain agar tepat sasaran. Menurutnya, pola distribusi makanan akan dijadwalkan dengan baik sehingga pelayanan bisa merata dan berkesinambungan. “Satu dapur rata-rata menghasilkan 3.500 porsi. Dengan tiga dapur di bawah Yayasan Nurani Dhuafa Indonesia, totalnya bisa mencapai 10.500 porsi. Semua ini sudah dipetakan untuk melayani 42 sekolah,” kata Heni. Ia menegaskan, selain sekolah, kelompok rentan seperti ibu hamil dan balita akan menjadi prioritas penerima makanan bergizi ini.
Sebelumnya, Kota Cilegon telah lebih dulu memiliki titik SPPG di Kecamatan Grogol dan Purwakarta. Sementara tiga dapur baru di Jombang akan mulai beroperasi pada 25 Agustus bersamaan dengan dapur tambahan di wilayah Kranggot dan Kecamatan Cibeber. Dengan begitu, cakupan program MBG di Cilegon semakin luas dan mendukung target pemerintah daerah untuk menghadirkan layanan gizi gratis di setiap kecamatan.
Robinsar menekankan bahwa program ini tidak boleh hanya dipandang sebagai distribusi pangan semata, melainkan bagian dari strategi jangka panjang memperkuat kesehatan dan kualitas generasi penerus. “Harapan kita, anak-anak Cilegon bisa tumbuh sehat, cerdas, dan produktif, sementara ibu hamil dan balita mendapatkan gizi memadai untuk membentuk keluarga yang lebih kuat,” ujarnya.