Oleh karena itu, Dedi mengingatkan Prabowo untuk terbuka dengan aspirasi dan kritik yang muncul selama demonstrasi. Dukungan masyarakat sangat penting bagi pemerintahan dalam menjalankan kebijakan-kebijakan yang ada. Ia mendorong pemerintah untuk lebih mendengarkan suara publik serta mengevaluasi setiap kebijakan yang diterapkan.
Sebelum aksi tersebut, peneliti senior dari Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Lili Romli, mengungkap bahwa gerakan "Indonesia Gelap" dan tagar #KaburAjaDulu mencerminkan kekecewaan masyarakat terhadap kondisi yang ada di Indonesia saat ini. Harapan masyarakat terhadap presiden terpilih pada Pilpres 2024 sangat tinggi, namun realita yang terjadi justru jauh dari ekspektasi.
“Masyarakat berharap ada perubahan signifikan setelah pemilu, seperti peningkatan lapangan pekerjaan dan daya beli yang lebih baik. Namun, harapan itu tidak terwujud dan hanya menimbulkan rasa kekecewaan yang terwujud dalam aksi demonstrasi dan media sosial seperti tagar #kaburajadulu,” ungkap Lili.
Pendapat serupa juga dilontarkan oleh Ali Rif'an, Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia (ASI). Ia menilai bahwa ketidakpuasan masyarakat terus meningkat seiring dengan kebijakan pemerintah yang dianggap tidak selaras. Ali menyayangkan bahwa efisiensi anggaran yang dilakukan tidak dialokasikan untuk hal-hal penting, seperti tunjangan kinerja dosen, melainkan untuk program yang banyak mendapat kritik.
Ali menambahkan bahwa gerakan demonstrasi ini diperkirakan akan terus berkembang seiring dengan dinamika politik yang terjadi. Ia mengingatkan bahwa jika pemerintahan Prabowo tidak mampu memberikan tanggapan dan klarifikasi terkait berbagai paradoks yang muncul, maka demonstrasi dan gerakan protes bisa terus meluas.