Tampang.com | Di banyak wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T), sekolah berdiri megah namun nyaris kosong. Bukan karena tidak ada murid, tetapi karena tidak ada guru yang mengajar. Krisis tenaga pendidik di wilayah terpencil menjadi luka lama yang belum sembuh dalam sistem pendidikan Indonesia.
Guru Tidak Mau Dikirim, Sistem Tak Memberi Insentif Layak
Pengiriman guru ke wilayah 3T sering kali hanya formalitas. Banyak yang tidak bertahan lama karena kondisi geografis ekstrem, fasilitas minim, dan insentif yang tidak memadai. Bahkan, ada guru yang menempuh perjalanan lebih dari 3 jam dengan perahu untuk mengajar.
“Bayangkan, gaji tak seberapa, akses sulit, dan kadang harus mengajar semua mata pelajaran karena hanya ada satu guru,” ungkap Salma, guru honorer di Kepulauan Tanimbar.