Namun, di sisi lain, ada pula wilayah yang akan menghadapi kemarau lebih panjang, yakni lebih dari 24 dasarian. Kondisi ekstrem ini diprediksi akan terjadi di sebagian wilayah Sulawesi. Durasi kemarau yang panjang ini bisa berdampak serius terhadap sektor pertanian, perikanan, dan ketersediaan air bersih.
Lebih Pendek dari Biasanya
Menariknya, dibandingkan dengan musim kemarau pada tahun-tahun sebelumnya, musim kemarau 2025 diprediksi akan berlangsung lebih singkat di sebagian wilayah Indonesia. BMKG memperkirakan bahwa 298 ZOM atau sekitar 43 persen wilayah nasional akan mengalami musim kemarau dengan durasi lebih pendek dari biasanya.
Meski terdengar positif karena artinya hujan akan lebih cepat kembali turun, kondisi ini tetap memerlukan perhatian khusus. Siklus cuaca yang cepat berubah dapat mengganggu kestabilan produksi pertanian dan mengacaukan pola tanam petani.
Antisipasi dan Mitigasi
Informasi prediksi musim kemarau ini seharusnya menjadi dasar bagi masyarakat dan pemerintah untuk mulai bersiap. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
-
Memastikan ketersediaan air bersih di daerah-daerah rawan kekeringan
-
Mengatur jadwal tanam dan panen agar tidak terganggu oleh perubahan cuaca
-
Meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan
-
Melakukan sosialisasi hemat air di kalangan masyarakat
Dengan perencanaan yang matang, dampak negatif dari musim kemarau dapat diminimalkan, bahkan menjadi peluang untuk peningkatan produktivitas sektor pertanian dan energi jika dikelola dengan baik.