Media Singapura menyoroti kebijakan baru pariwisata RI. Disebutkan bagaimana RI akan menyederhanakan proses perizinan dan birokrasi untuk menarik acara-acara global papan atas, seperti konser.Channel News Asia (CNA) menuliskan artikel berjudul 'Indonesia will simplify licensing, bureaucracy process to attract top global events: Tourism minister' pada Kamis.
Dikutip pernyataan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, di sela-sela konferensi Forum Ekonomi Dunia di Dalian, China. Disebut bahwa RI tengah berupaya mendigitalkan izin dan lisensi yang dibutuhkan untuk mendatangkan acara-acara internasional berkualitas baik. Ditegaskan bahwa fleksibilitas akan dilakukan untuk menarik acara-acara populer ke RI.
Menurut laman itu, "Beberapa acara musik (dan) acara olahraga ... telah melihat Indonesia sebagai pasar yang bagus, tetapi agak mundur ketika harus berhadapan dengan birokrasi, birokrasi yang berbelit-belit, dan langkah-langkah yang perlu dipenuhi sebelum acara-acara tersebut dapat berhasil," kutip laman itu membuat sang menteri, dikutip Jumat (28/6/2024). Tambahan dari Menparekraf, "Negara ini telah membuat beberapa kemajuan," tambahnya mengutip Sandiaga Uno lagi. "Berkat kemajuan teknologi, kami telah mampu membangun jaringan koneksi internet yang sangat luas di seluruh destinasi wisata ini. Namun, kami perlu berbuat lebih banyak lagi," ujarnya.
Laman itu juga membuat pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengatakan proses birokrasi yang rumit dalam penyelenggaraan acara, khususnya untuk konser, menjadi penyebab Indonesia kehilangan kesempatan menjadi tuan rumah bagi banyak pertunjukan internasional. Ia bahkan mengutip contoh bintang pop Taylor Swift yang menggelar konsernya di Singapura. Padahal, sebanyak 11,7 juta wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia, tahun lalu menghasilkan peningkatan pengeluaran per orang sebesar 40 hingga 50%.
Menurut laporan Bank Dunia bulan ini, perekonomian RI juga diharapkan tumbuh dengan kecepatan yang stabil di tahun-tahun mendatang. Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) diperkirakan mencapai rata-rata 5,1% per tahun dari tahun 2024 hingga 2026, meskipun ada ketidakpastian geopolitik dan volatilitas harga pangan dan energi.