Sejalan dengan itu, Dirjen Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan Ahmad Mahendra menyebut bahwa gelaran Sasana Sastra bukan sekadar panggung pembacaan karya, melainkan bagian dari dinamika sejarah bangsa. Hal ini terlihat dari cara puisi dipentaskan, tidak hanya dibacakan dengan suara lantang, tetapi juga diperkaya oleh kolaborasi musik dan tarian sehingga menjadikannya pengalaman yang utuh dan penuh makna. Nama-nama besar hadir di acara ini, mulai dari Taufiq Ismail, Jose Rizal Manua, E. Aminuddin Aziz, hingga aktor dan aktris seperti Happy Salma. Generasi baru pun turut ambil bagian seperti Andhini Puteri, Rania Maheswari Yamin, dan Nisa Rengganis yang membuktikan bahwa puisi adalah ruang lintas generasi yang tak pernah kehilangan relevansi.
Lewat acara ini, publik diingatkan kembali bahwa puisi selalu punya tempat dalam perjalanan bangsa. Ia bukan hanya bentuk ekspresi personal, tetapi juga catatan kolektif tentang bagaimana rakyat mencintai, merindu, berjuang, hingga bangkit kembali. Dalam kata lain, puisi adalah jejak batin bangsa Indonesia itu sendiri.