Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyampaikan kecaman atas tindakan kelima warga NU yang bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog. Ketua PBNU, Ulil Abshar Abdalla, menilai pertemuan tersebut tidak sesuai dengan sikap organisasi yang tengah mengecam agresi Israel di Palestina. Menurut Abdalla, keputusan kelima warga NU itu tidak dapat diterima.
Selain itu, Ketua PBNU Mohamad Syafi' Alielha atau Savic Ali menyoroti keputusan kelima warga NU tersebut, menganggapnya sebagai tindakan yang tidak memahami kondisi geopolitik dan tidak mengikuti kebijakan NU secara keseluruhan. Menurutnya, pertemuan tersebut tidak dapat diwakili sebagai sikap resmi organisasi.
Pendapat ini menunjukkan sejauh mana dampak dan implikasi dari pertemuan ini dalam konteks sosial dan politik di Indonesia. Reaksi keras dari PBNU juga menunjukkan pentingnya memahami dinamika hubungan internasional dan konflik-konflik yang terjadi di dunia untuk mencegah penafsiran yang salah dan konflik yang lebih besar.
Namun, di sisi lain, pertemuan antara Yahudi dan Muslim ini juga dapat diartikan sebagai langkah untuk membangun dialog dan memecah kebuntuan di tengah konflik yang sedang berlangsung. Membangun kedamaian dan dialog antarumat beragama tentu memerlukan langkah-langkah konkret, meskipun hal ini tidak ditujukan untuk menggantikan dukungan terhadap Palestina.