"Dari seluruh dunia, kami ingin menerima limbah baterai dan elektronik untuk didaur ulang di fasilitas kami di Indonesia," kata Kaihua menegaskan komitmen global GEM. Ia juga menyoroti harapannya agar nikel yang diekspor ke luar negeri dapat diambil kembali untuk didaur ulang di Indonesia, menciptakan siklus yang berkelanjutan.
Di samping itu, GEM juga sedang mempertimbangkan untuk memasuki industri baterai, mirip dengan langkah yang diambil oleh perusahaan seperti Huayou dan CATL. Namun, mereka tidak akan terjun secara langsung, melainkan dengan berperan sebagai investor atau pemegang saham.
Pada bulan November 2024, GEM menandatangani perjanjian kemitraan senilai US$1,4 miliar dengan PT Vale Indonesia (INCO). Kemitraan ini bertujuan untuk menciptakan pabrik pengolahan nikel yang ramah lingkungan, dengan target produksi sekitar 60.000 ton nikel dalam bentuk produk olahan setiap tahunnya. Investasi tersebut juga mencakup alokasi US$40 juta untuk pusat penelitian, US$30 juta untuk proyek yang berkaitan dengan Environmental, Social, and Governance (ESG), serta US$10 juta untuk pengembangan masyarakat dan fasilitas umum.
Selama periode Januari hingga September 2024, GEM mencatat pengiriman prekursor terner mencapai 143.000 ton, yang menunjukkan pertumbuhan sebesar 18,94% secara tahunan. Sementara itu, pengiriman kobalt tetroksida melesat hingga 14.500 ton, menjadikannya mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 93,33% dibanding tahun sebelumnya. Proyek nikel di Indonesia juga menunjukkan performa yang mengesankan, dengan produksi dan penjualan mencapai 31.800 ton nikel MHP, mengalami lonjakan tahunan yang signifikan sebesar 83,43%.