Sementara itu, sang adik, Keefa Satria Achfandi, juga mengungkapkan kesedihannya. Ia mengaku tidak percaya saat pertama kali mendengar kabar kepergian kakaknya. "Jujur, kalau saya pertama kali mendengar kabar kalau abang saya sudah enggak ada, itu saya benar-benar enggak percaya ya," ujar Keefa di rumah duka. Kepercayaan itu baru datang saat ia melihat jenazah kakaknya dimakamkan, di mana tangisannya pun pecah.
Keefa mengenang kakaknya sebagai sosok yang luar biasa dan penuh prestasi. "Dia itu dikenal hebat oleh semua orang, dan juga atas prestasi-prestasi dia, dan juga kebaikan dia, juga perjuangan dia, dari semua tanggungan dan harapan orang-orang terdekat terhadap dia," tambahnya. Mengingat kehebatan sang kakak, Keefa bertekad untuk mengikuti jejak Argo dengan belajar lebih giat dan aktif dalam berbagai organisasi, sesuai pesan terakhir Argo kepadanya, dua hari sebelum ulang tahun kakaknya.
Namun, di balik kenangan indah dan harapan untuk melanjutkan perjuangan sang kakak, tersimpan penyesalan terbesar bagi Keefa. Ia mengungkapkan bahwa dirinya tidak pernah mencoba berkomunikasi secara mendalam dengan Argo. "Saya sebagai adik, paling menyedihkan adalah, saya tidak pernah mencoba untuk berkomunikasi dengan dia," kata Keefa. Keefa, yang kini masih duduk di bangku kelas 2 SMA, menyadari bahwa ketidakdekatannya dengan Argo merupakan bentuk keegoisan yang tidak patut dicontoh dalam kehidupan berkeluarga, memahami kesibukan kakaknya sebagai mahasiswa. "Abang juga sibuk kalau pulang. Jadi, mau mengobrol, tiba-tiba sudah pergi, dan abang juga lebih diam," ungkapnya.