Krisis Dokter Spesialis di Indonesia
Persoalan mendalam lain yang turut memperburuk kondisi adalah krisis tenaga dokter spesialis di Indonesia. Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, secara terbuka mengakui bahwa Indonesia masih sangat kekurangan dokter spesialis, terutama di luar kota-kota besar.
Salah satu penyebab utama krisis ini adalah sistem pendidikan dokter spesialis di Indonesia yang dinilai tidak ramah terhadap calon peserta. Berbeda dengan negara lain, di mana dokter spesialis tetap bisa bekerja dan mendapatkan gaji selama masa pendidikan, di Indonesia para calon dokter spesialis justru harus berhenti bekerja dan membayar biaya pendidikan yang mahal.
"Kita ini unik, tapi bukan dalam arti positif. Di luar negeri, dokter spesialis tetap bekerja dan digaji. Di kita, harus cuti, bayar mahal, dan baru bisa praktek setelah lulus. Ini tidak adil bagi peserta didik," ungkap Budi dalam pernyataannya pada April lalu.
Situasi ini menciptakan hambatan besar dalam mencetak lebih banyak dokter spesialis, sehingga akses masyarakat terhadap layanan spesifik dan berkualitas tinggi menjadi terbatas.
KEK Sanur: Harapan Baru Pariwisata Medis dalam Negeri
Sebagai salah satu langkah konkret untuk mengatasi kebocoran devisa akibat wisata medis ke luar negeri, pemerintah kini meresmikan KEK Sanur di Denpasar, Bali. Kawasan ini dirancang sebagai kompleks pariwisata medis terintegrasi pertama di Indonesia.
KEK Sanur tidak hanya mencakup rumah sakit dan klinik spesialis, tetapi juga dilengkapi dengan pusat riset medis, fasilitas hotel, serta gedung konvensi. Harapannya, KEK Sanur bisa menarik wisatawan medis domestik maupun mancanegara, sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap layanan kesehatan dalam negeri.