Cirebon itu unik. Mendengar orang Cirebon ngobrol, kita mungkin bakal bingung. Kadang mereka bicara pakai Bahasa Sunda, tapi tidak jarang juga pakai Bahasa Jawa Cirebon, atau yang sering disebut Basa Cerbon. Fenomena ini bukan kebetulan, melainkan cerminan sejarah panjang, letak geografis, dan percampuran budaya yang memang sudah mengakar di wilayah ini. Cirebon itu seperti jembatan, tempat dua kebudayaan besar, Jawa dan Sunda, bertemu dan melebur.
Cirebon sebagai Titik Temu Peradaban
Sejak dulu kala, Cirebon sudah jadi pusat perdagangan dan pelabuhan penting. Posisinya yang strategis, berada di pesisir utara Pulau Jawa dan di perbatasan antara wilayah budaya Jawa (bagian tengah dan timur) serta Sunda (bagian barat), menjadikan kota ini magnet bagi banyak orang. Para pedagang, ulama, dan pendatang dari berbagai penjuru, termasuk dari pedalaman Jawa dan Sunda, berdatangan ke Cirebon. Interaksi intensif ini secara alami menciptakan akulturasi budaya, termasuk dalam bahasa.
Pengaruh kuat Kesultanan Cirebon di masa lampau juga turut membentuk identitas linguistik. Kesultanan ini memiliki jangkauan pengaruh yang luas, mencakup wilayah yang kini masuk Jawa Barat dan Jawa Tengah. Seiring berjalannya waktu, Bahasa Jawa yang dibawa oleh para penguasa dan pendatang dari wilayah Jawa semakin mengakar, namun tidak serta-merta melenyapkan jejak Bahasa Sunda yang memang sudah ada di wilayah sekitar.