Tampang

Mayjen Sudrajat, Manuver Radikal Prabowo untuk Jawa Barat

11 Jan 2018 11:47 wib. 2.840
0 0
sudrajat

Selain nasib tragis Ridwan Kamil (Emil) yang sudah terbaca sejak awal Agustus 2017, Pilkada Serentak Jawa Barat 2018 dipenuhi dengan serangkaian kejutan.

Dan yang paling mengejutkan adalah jatuhnya pilihan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, pada Mayjen Purnawirawan Sudrajat.

Bagaimana tidak, setelah Dedi Mizwar (Demiz) memproklamirkan dirinya akan bergabung dengan anggota Partai Demokrat menyusul keputusan partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono itu yang akan menjagokannya, tidak ada lagi tokoh yang layak diturunkan untuk memenangi Pilgub Jabar 2018.

Masalahnya, Prabowo tidak mungkin mendukung pencalonan Demiz yang sama artinya dengan menjadikan dirinya sebagai follower dari SBY. Dan, jika berkaca dari serentetan pemberitaan sebelumnya, sangat kecil kemungkinan bagi Prabowo untuk bersekutu dengan SBY, apalagi menjadi pendukungnya.

Ternyata, untuk "meja" Jabar, Prabowo memiliki kartu as yang begitu "dibanting di atas meja" langsung menggetarkan syaraf-syaraf lawan-lawannya.

Menariknya, nama jagoan Prabowo tersebut sama sekali tidak pernah disebutkan dalam setiap hasil survei yang dirilis. Bahkan, media luar ruangan, seperti baliho, poster, spanduk, dll yang memampang foto Sudrajat belum pernah ditemukan. Lebih dari itu, bahkan, nama Mayjen Sudrajat pun sudah dilupakan.

Keterkejutan atas munculnya Sudrajat dalam Pilgub Jabar 2018 sedikit banyak mengingatkan pada kemunculan Anies Baswedan dalam Pilgub DKI 2017.

Dalam Pilgub DKI 2017, Prabowo sangat tidak mungkin mendorong Sandiaga Uno yang juga kadernya untuk terjun dalam perebutan suara pemilih di ibu kota. Karenanya sangat tidak mungkin bagi Prabowo untuk memenangkan DKI jika Sandi yang dicalongubernurkan.

Barulah ketika waktu pendaftaran bakal calon gubernur-wakil gubernur ditutup, Prabowo mengumumkan Anies Baswedan sebagai calon gubernur, sementara Sandi dipasangkan sebagai calon DKI 2.

Tetapi, jatuhnya pilihan Prabowo pada Anies bukanlah tanpa dasar. Setidaknya, nama Anies muncul dalam survei yang dirilis oleh Poltracking pada 16 September 2016 atau kurang lebih seminggu sebelum pencalonan Anies-Sandi dideklarasikan. Dan, menurut Poltracking elektabilitas Anies-Sandi (36,4 %) hanya kalah tipis dari Ahok-Djarot 37,9 %)

Dalam Pilgub DKI 2017, Prabowo tinggal menghitung kekuatan pasangan calon yang dimajukan poros Cikeas. Sebab dengan sistem 50 % plus 1, siapa pun lawannya dan bagaimana pun hitung-hitungannya, Ahok dan pasangannya dipastikan kalah.

Bisa dikatakan, Mayjen Sudrajat merupakan manuver radikal yang dilakukan  Prabowo untuk memenangi peperangan Pemilu 2019.

Lantas bagaimana peluang Sudrajat di Pilgub Jabar 2018 dengan sistem dan peta yang sangat berbeda dengan Pilgub DKI 2017?

Karena dalam pilgub di Jabar tidak mengenal 50 % plus 1, maka peraih suara terbanyak akan langsung ditetapkan sebagai pemenag. Artinya, tidak ada putaran kedua yang mendorong lahirnya koalisi baru.

Di Jawa Barat, peta persaingan nyaris serupa dengan Pilgub DKI 2017 dan Pilpres 2014, di mana terjadi polarisasi antara pendukung Jokowi dengan pendukung Prabowo-SBY.

Dengan adanya polarisasi tersebut, Sudrajat dan pasangannya akan berebut suara dengan Demiz-Dedi Mulyadi. Sementara Emil akan bersaing dengan TB Hasanudin-Anton Charliyan yang rencananya bakal dimajukan oleh PDIP.

Sekalipun didukung oleh PDIP, di mana Jokowi dosebut-sebut sebagai petugas partanya, TB dan Anton tidak akan mendapat banyak suara pendukung Jokowi yang lebih cenderung memilih Emil.

Pertanyaannya, berapa banyak suara pemilih Emil yang bisa direbut oleh TB-Anton?

Sementara, Sudrajat dengan membawa panji-panji Prabowo akan ber-head to head melawan pasangan 2D (bukan duet Dedi Dhukung dan Dian Pramana Putra yang populer di era 90-an) yang menjadi bayang-bayang SBY.

<123>

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

Langkah Bijak Menghadapi Ancaman PHK
0 Suka, 0 Komentar, 31 Okt 2024

POLLING

Apakah Indonesia Menuju Indonesia Emas atau Cemas? Dengan program pendidikan rakyat seperti sekarang.