Faktor lain yang turut memengaruhi pola hujan di Indonesia adalah Zona Intertropis Konvergensi (ITCZ). ITCZ adalah pita bertekanan rendah yang mengelilingi bumi di dekat garis khatulistiwa, di mana angin pasat dari belahan bumi utara dan selatan bertemu. Zona ini ditandai dengan aktivitas konvektif yang kuat, menghasilkan awan kumulonimbus dan curah hujan lebat.
Posisi ITCZ bergerak mengikuti posisi semu matahari. Ketika ITCZ berada di atas wilayah Indonesia, wilayah tersebut cenderung mengalami musim hujan. Pergerakan ITCZ yang melintasi kepulauan Indonesia sepanjang tahun, mengikuti pergeseran semu matahari antara utara dan selatan khatulistiwa, memastikan bahwa selalu ada area di Indonesia yang mengalami curah hujan tinggi pada waktu yang berbeda, menciptakan pola musim hujan dan kemarau yang bergantian di seluruh wilayah.
Implikasi Dua Musim bagi Kehidupan di Indonesia
Karakteristik dua musim ini memiliki implikasi yang mendalam bagi berbagai aspek kehidupan di Indonesia. Dari sektor pertanian, penentuan masa tanam dan panen sangat bergantung pada pola muson. Jenis tanaman yang dibudidayakan juga disesuaikan dengan ketersediaan air. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat terbiasa dengan fluktuasi antara periode kering dan basah yang signifikan. Infrastruktur, seperti sistem irigasi dan drainase, juga harus dirancang untuk menghadapi perbedaan curah hujan yang ekstrem ini.
Meskipun terlihat sederhana dengan hanya dua musim, fenomena ini adalah hasil dari interaksi kompleks antara posisi geografis, pergerakan angin global, dan dinamika atmosfer yang unik di wilayah khatulistiwa.