Masjid ini juga memiliki sebuah mimbar kayu yang istimewa, yang diperkirakan berasal dari era awal berdirinya masjid. Mimbar tersebut menjadi tempat yang sangat signifikan, di mana para ulama dan Walisongo menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. Dalam konteks ini, Masjid Agung Demak bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pendidikan dan penyebaran ilmu pengetahuan tentang agama.
Tak hanya arsitektur dan fungsi sosialnya, Masjid Agung Demak juga merupakan pusat ziarah bagi masyarakat. Setiap tahun, ribuan peziarah datang untuk mengunjungi masjid ini, terutama pada hari-hari tertentu yang bertepatan dengan peringatan-peringatan penting dalam sejarah Islam di Indonesia. Kegiatan keagamaan ini menjadi media untuk merawat tradisi serta memperkuat ikatan sosial antarumat Muslim di Tanah Jawa.
Tradisi Islam Nusantara yang diusung oleh Walisongo mencerminkan bagaimana prinsip-prinsip Islam dapat bersinergi dengan budaya lokal. Hal ini terlihat jelas dalam berbagai tradisi dan ritual yang berkembang di sekitar masjid ini. Masyarakat di sekitar sering kali mengadakan festival budaya yang menggabungkan unsur-unsur Islam dan kebudayaan Jawa, menciptakan suatu nuansa yang kaya dan beragam dalam perayaan perayaan keagamaan.