Masjid Agung Demak bukan hanya sekadar bangunan bersejarah, tetapi juga merupakan simbol penting dalam penyebaran agama Islam di Tanah Jawa. Dikenal sebagai salah satu masjid tertua di Indonesia, Masjid Agung Demak didirikan pada abad ke-15 Masehi, di bawah kepemimpinan Raden Patah, yang juga merupakan sultan pertama dari Kesultanan Demak. Arsitektur masjid ini menggambarkan pengaruh kuat budaya lokal dan nilai-nilai Islam, menjadikannya sebagai contoh nyata dari arsitektur religi yang harmonis dengan tradisi masyarakat Jawa.
Salah satu aspek yang paling menarik dari Masjid Agung Demak adalah peranan Walisongo, sekelompok ulama yang sangat berpengaruh dalam penyebaran Islam di Indonesia. Dalam proses dakwah mereka, Walisongo menggunakan pendekatan yang sangat adaptif terhadap budaya dan tradisi lokal. Masjid Agung Demak sendiri, dengan keindahan arsitekturnya yang sederhana namun anggun, mencerminkan nilai-nilai tersebut. Elemen seperti atap joglo yang mencolok dan ukiran kayu khas Jawa menunjukkan bahwa Islam bukan hanya masuk, tetapi juga berasimilasi dengan budaya setempat, menghasilkan apa yang sekarang dikenal sebagai Islam Nusantara.
Arsitektur Masjid Agung Demak, yang merupakan kombinasi dari elemen-elemen tradisional Jawa dan sentuhan Arab, menunjukkan bahwa pengaruh Islam telah mengakar dalam budaya lokal. Dari segi struktur, masjid ini memiliki tiga atap yang bertingkat, yang merupakan simbol dari konsep tiga aspek Islam: iman, ibadah, dan akhlak. Ukiran pada pintu dan jendela juga memberi kesan artistik yang mendalam, menjadi bukti keterampilan dan kecintaan pengrajin lokal terhadap seni.