Tuntutan kenaikan gaji sebesar 40% selama empat tahun yang diajukan oleh serikat pekerja memperlihatkan bahwa perundingan antara Boeing dan para pekerjanya tidak mudah. Selain itu, potensi pemogokan berkepanjangan juga dapat berdampak negatif pada keuangan Boeing, dengan membebani perusahaan dengan biaya yang besar.
Selain itu, produksi jet Boeing 737 MAX, serta pesawat berbadan lebar 777 dan 767 juga terhenti akibat pemogokan ini. Dampaknya turut dirasakan oleh maskapai penerbangan yang mengalami penundaan pengiriman. Pengumuman mengenai pemotongan pesanan suku cadang juga menimbulkan reaksi negatif dari pemasok, yang menjulukinya sebagai tindakan panik.
Reaksi negatif ini semakin memperparah situasi Boeing yang sudah tegang akibat penurunan sahamnya sekitar 40% sepanjang tahun ini. Para pemasok merasa bahwa langkah yang diambil Boeing adalah tanda dari keterbatasan perusahaan dalam menghadapi situasi yang sulit. Mereka menganggap bahwa Boeing sekarang sudah berada di ujung jurang, dan situasinya semakin memburuk.
Dengan kondisi seperti ini, langkah-langkah yang diambil oleh Boeing harus dipertimbangkan dengan matang. Diperlukan langkah strategis untuk mengatasi kemungkinan pemogokan berkepanjangan, pemilihan yang tepat dalam negosiasi dengan serikat pekerja, serta upaya untuk membangun kembali kepercayaan pemasok dan investor. Solusi yang menyeluruh dan terencana dengan baik diperlukan untuk mengatasi krisis yang dihadapi oleh salah satu raksasa industri aviasi ini.