Sering kali kita melihat banner atau spanduk "Rumah Dijual" di pinggir jalan, dan tak jarang ada embel-embel "tanpa perantara" di bawahnya. Frasa ini bukan sekadar tambahan, melainkan pesan penting dari penjual kepada calon pembeli. Ini semacam isyarat yang menegaskan bagaimana proses transaksi diharapkan berjalan: langsung antara pemilik dan calon pembeli, tanpa melibatkan pihak ketiga. Di balik tiga kata itu, ada beberapa maksud dan harapan yang ingin disampaikan oleh pemilik properti.
Hemat Biaya Komisi: Daya Tarik Utama
Maksud utama di balik banner "tanpa perantara" adalah keinginan penjual untuk menghemat biaya komisi. Dalam transaksi jual beli properti, agen properti atau perantara biasanya mendapatkan komisi dari harga jual, yang besarnya bisa bervariasi, umumnya antara 2% hingga 5% atau bahkan lebih, tergantung kesepakatan. Jumlah ini, untuk harga rumah yang bisa miliaran, tentu sangat signifikan. Dengan menjual langsung, pemilik bisa menghindari pengeluaran ini sepenuhnya.
Penjual mungkin berpikir, jika komisi tidak dibayarkan kepada perantara, mereka bisa menetapkan harga jual yang sedikit lebih kompetitif, atau justru mendapatkan keuntungan bersih yang lebih besar. Ini menjadi daya tarik bagi pembeli juga, karena ada potensi harga yang lebih baik atau ruang negosiasi yang lebih luas karena tidak ada potongan komisi yang harus diperhitungkan dalam harga jual. Bagi sebagian orang, menghemat biaya adalah prioritas utama, dan banner ini adalah cara langsung untuk menyampaikan pesan tersebut kepada pasar.
Kontrol Penuh Proses Transaksi
Alasan lain di balik pemilihan penjualan tanpa perantara adalah keinginan penjual untuk memiliki kontrol penuh atas seluruh proses transaksi. Saat menggunakan agen, alur komunikasi, jadwal kunjungan, hingga negosiasi harga seringkali melalui perantara. Pemilik mungkin merasa kurang terlibat atau kurang leluasa dalam mengambil keputusan. Dengan menjual sendiri, pemilik bisa langsung berinteraksi dengan calon pembeli.