Tampang.com | Di tengah ganasnya abrasi dan banjir rob yang menenggelamkan Dukuh Rejosari Senik, Pasijah atau Mak Jah (56) masih bertahan bersama suami dan anak-anaknya. Kampung yang dulunya dihuni ratusan kepala keluarga kini hanya menyisakan satu keluarga—milik Mak Jah.
Warga lain sudah lama direlokasi sejak tahun 1999 akibat terjangan air laut yang terus mengikis daratan. Namun, berbeda dengan mereka, Mak Jah tetap memilih bertahan. Bukan tanpa alasan, ia meyakini bahwa kampung halamannya masih memiliki harapan untuk kembali hidup.
Bertahan di Tengah Terjangan Alam
Sejak tahun 2000, Mak Jah tidak hanya sekadar bertahan hidup tetapi juga berusaha melindungi kampungnya dengan menanam mangrove. Ia percaya bahwa hutan mangrove bisa menjadi benteng alami dari ombak laut yang semakin ganas.