Tampang.com | Setelah peresmian kereta cepat Jakarta–Bandung, pemerintah kembali menggulirkan wacana perluasan proyek ini ke Surabaya. Ambisinya besar, biayanya tidak kecil, dan pro-kontra pun mencuat. Apakah proyek ini menjawab kebutuhan mobilitas masyarakat atau sekadar pencitraan infrastruktur?
Proyek Ambisius, Biaya Fantastis
Rencana perluasan rute kereta cepat Jakarta–Surabaya diproyeksikan menelan anggaran hingga lebih dari Rp150 triliun. Pemerintah berdalih, proyek ini akan memangkas waktu tempuh dan mendorong pertumbuhan ekonomi antarwilayah. Namun, sejumlah ekonom mempertanyakan urgensinya.
“Kita bicara efisiensi, tapi apakah benar masyarakat butuh transportasi super cepat? Apa tidak lebih mendesak membenahi jalur kereta eksisting dan memperluas transportasi publik lokal?” kata Wicaksono, peneliti kebijakan transportasi dari ITB.
Ia juga menyoroti potensi beban utang luar negeri dan jaminan negara dalam proyek kerja sama seperti ini, terutama jika proyeksi penggunaannya tidak realistis.
Pengguna Kereta Cepat Masih Terbatas
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pengguna kereta cepat Jakarta–Bandung belum mencapai target yang ditetapkan. Tiket yang relatif mahal, keterbatasan akses ke stasiun, serta waktu tempuh yang tidak terlalu jauh beda dengan KA Argo Parahyangan menjadi faktor penghambat.