Tidak hanya itu, uji coba inovasi penggunaan gondorukem dan gliserol juga telah diterapkan untuk marka garis bingkai jalan, yaitu garis putih yang tidak putus di sisi kiri jalan sepanjang 100 meter, atau tepatnya di KM 125+200 sampai KM 126+200 jalur B Ruas Tol Bakter.
Uji coba ini merupakan langkah berani dalam menerapkan solusi berkelanjutan dalam pembuatan marka jalan. Diharapkan, hasil dari uji coba ini bisa menjadi tolak ukur untuk penggunaan bahan-bahan lokal dalam infrastruktur jalan di Indonesia.
Penggunaan getah pinus dan gliserol untuk marka jalan menjadi sebuah terobosan yang menarik, bukan hanya dari segi keberlanjutan bahan baku, namun juga dari segi ekonomi. Dengan mengurangi ketergantungan pada bahan impor, penggunaan bahan-bahan lokal seperti gondorukem dan gliserol dapat meningkatkan perekonomian dalam negeri.
Menurut data statistik, impor bahan-bahan kimia untuk pembuatan marka jalan, terutama getah pinus dan gliserol, telah mengalami kenaikan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Dengan demikian, pemanfaatan bahan-bahan lokal secara luas untuk keperluan pembangunan infrastruktur jalan dapat membawa dampak positif dalam mengurangi defisit neraca perdagangan.
Namun, perlu diingat bahwa penggunaan bahan-bahan lokal untuk pembuatan marka jalan tidak hanya memberikan dampak ekonomi positif, tetapi juga harus mempertimbangkan aspek keamanan, kualitas, dan daya tahan. Pengujian lebih lanjut serta pemantauan berkala terhadap marka jalan yang menggunakan bahan-bahan lokal perlu dilakukan untuk memastikan bahwa kualitas jalan tetap terjaga.