Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa optimalisasi Dashat sangat strategis untuk memperluas cakupan MBG, khususnya di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau seperti daerah terdepan, tertinggal, dan terluar (3T). Dengan memperkuat jaringan Dashat, program MBG bisa lebih merata menyentuh kelompok-kelompok yang paling membutuhkan. “Ini akan menjadi perpanjangan tangan yang efektif bagi pemerintah dalam memastikan intervensi gizi bisa menjangkau lebih luas,” tambahnya.
Teguh juga menekankan bahwa keberhasilan program MBG tidak dapat dipisahkan dari faktor edukasi dan perubahan perilaku keluarga. Ia menegaskan, bicara soal gizi pada dasarnya adalah bicara tentang keluarga, karena keluarga menjadi lingkungan pertama dan utama dalam membentuk pola hidup sehat. “BKKBN memang diberi mandat untuk percepatan penurunan stunting. Maka, penguatan gizi harus berjalan seiring dengan perubahan perilaku keluarga, agar hasilnya berkelanjutan dan melahirkan generasi berkualitas,” ujarnya.
Dalam konteks nasional, isu stunting telah ditempatkan sebagai salah satu agenda strategis pembangunan sumber daya manusia di masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Hal ini juga ditegaskan oleh Presiden dalam Sidang Paripurna DPR, yang mengapresiasi kinerja dan kolaborasi berbagai pihak sehingga angka stunting berhasil turun dari 21,5 persen pada 2023 menjadi 19,8 persen di tahun 2024 berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI).