“Nilai-nilai Pancasila hanya jadi slogan. Di ruang kelas, pelajaran kebhinekaan seringkali hanya bersifat hafalan, tanpa disertai diskusi yang mendorong pemahaman mendalam,” ujar Yenny.
Peran Media Sosial dalam Menyebar Intoleransi
Media sosial juga berkontribusi dalam memperburuk situasi. Unggahan-unggahan bernuansa kebencian, hoaks yang menyerang kelompok tertentu, serta propaganda ekstrem kerap tersebar luas tanpa filter yang memadai. Ironisnya, sebagian besar pelaku justru adalah generasi muda yang seharusnya menjadi garda depan semangat toleransi.
“Platform digital seharusnya bisa jadi sarana pendidikan publik, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Polarisasi diperparah dengan algoritma yang membentuk ruang gema kebencian,” tambah Yenny.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Menghadapi tantangan ini, berbagai pihak perlu ambil bagian:
-
Pemerintah harus memperkuat regulasi anti-diskriminasi dan menjamin hak kebebasan beragama dan berkeyakinan.
-
Institusi pendidikan harus mereformasi kurikulum kewarganegaraan agar lebih kontekstual dan hidup.
-
Tokoh agama dan masyarakat harus aktif mengampanyekan nilai-nilai persatuan, tanpa eksklusivitas.
-
Platform media sosial perlu lebih tegas dalam menyaring konten yang berpotensi memecah-belah.