Perlu dicatat bahwa sebelum dikenakannya tarif 0%, Indonesia telah menempati posisi ketujuh sebagai tujuan ekspor produk pertanian dan peternakan dari AS. Dan dengan semakin banyak produk dari AS yang masuk ke pasar Indonesia, dikhawatirkan akan semakin meningkatkan ketergantungan Indonesia terhadap produk pertanian dan pangan impor.
Contoh lain dari ancaman yang muncul adalah komoditas kedelai, di mana saat ini Indonesia sudah 80% bergantung pada impor. "Dengan masuknya lebih banyak kedelai dari luar, pelaku industri makanan mungkin akan merasa diuntungkan karena harga bisa turun. Namun, petani kedelai lokal pasti akan merasakan dampaknya yang sangat berat," kata Bhima.
Sejalan dengan penjelasan di atas, jelaslah bahwa skema tarif 0% ini bukan hanya sekadar angka, tetapi memiliki dampak luas yang dapat memengaruhi kehidupan masyarakat, mulai dari petani hingga pelaku industri lain di Indonesia. Kebijakan ini tampaknya akan memperlebar jurang antara produk lokal dan impor, memengaruhi daya saing dan kelangsungan hidup bagi banyak sektor yang bergantung pada pertanian dan peternakan di dalam negeri.