“Ke depan, akan ada penambahan hingga lima, sepuluh, bahkan ratusan jilid untuk mencakup seluruh aspek sejarah secara lebih menyeluruh,” ungkapnya.
Prof. Dr. Jajat Burhanudin, M.A., selaku Editor Umum Buku Sejarah Indonesia, mengungkapkan alasan pemilihan Banjarmasin sebagai lokasi diskusi, yakni karena kota ini memiliki peran penting dalam sejarah nasional.
“Saya merasa senang bisa bertukar ide di Banjarmasin, yang memiliki nilai historis tinggi dalam sejarah Indonesia,” katanya.
Sementara itu, Agus Mulyana, Direktur Sejarah dan Permuseuman, melaporkan bahwa diskusi ini diikuti oleh 467 peserta, mencerminkan antusiasme dan perhatian besar masyarakat Kalimantan Selatan terhadap pentingnya penyusunan buku sejarah nasional.
Dalam kesempatan yang sama, Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono, M.Hum., yang juga menjabat sebagai Editor Umum, menjelaskan bahwa buku ini membawa pembaruan dalam bidang historiografi melalui tiga pendekatan: penemuan fakta-fakta baru, pembaruan metode kajian sejarah, serta pendekatan perspektif baru sebagai respons atas tantangan global.