Layanan pesan-antar makanan, kurir barang, dan transportasi pribadi berbasis aplikasi telah menciptakan jutaan peluang kerja baru, terutama di kota-kota besar. Dengan sistem kerja fleksibel, para mitra driver mampu menyokong perekonomian rumah tangga dan menjadi solusi lapangan kerja di tengah kondisi ekonomi yang masih penuh tantangan.
Namun, di balik perannya yang penting itu, masih banyak isu yang belum terselesaikan, mulai dari sistem algoritma pemesanan, potongan komisi, hingga minimnya perlindungan sosial bagi driver. Maka, tidak mengherankan jika unjuk rasa tetap menjadi pilihan mereka untuk menyalurkan aspirasi.
Arah Kebijakan Masa Depan
Dari sisi pemerintah dan DPR, demo ini menjadi pengingat akan perlunya pembentukan regulasi yang adil dan akomodatif terhadap dinamika baru dalam ekosistem transportasi online. Legislasi yang tidak hanya menguntungkan korporasi, tetapi juga memberikan perlindungan yang layak bagi para mitra pengemudi harus segera dibentuk.
Kolaborasi antara regulator, perusahaan aplikasi, asosiasi pengemudi, dan akademisi sangat diperlukan untuk merancang sistem transportasi digital yang berkelanjutan. Jika tidak segera ditangani dengan serius, ketimpangan antara kepentingan bisnis dan kesejahteraan driver dapat memicu ketegangan sosial yang lebih luas.
Demo 20 Mei menjadi bukti bahwa suara mitra driver ojol tidak bisa lagi diabaikan. Mereka bukan sekadar pekerja informal, tetapi bagian penting dari roda ekonomi digital Indonesia yang terus berputar setiap hari.