Kereta Petani juga menghadirkan kemudahan bagi para petani dalam hal jadwal dan tarif pengangkutan. KAI bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat untuk menyediakan jadwal tetap dan harga terjangkau, sehingga petani tidak perlu menunggu terlalu lama untuk mengirimkan hasil panen mereka. Bahkan, beberapa petani mengaku optimis bahwa kehadiran kereta ini akan mengurangi ketergantungan pada truk atau kendaraan jalan raya yang sering terjebak kemacetan.
Dalam acara peresmian, sejumlah petani Banten tampak antusias menyaksikan kereta pertama melaju. Salah seorang petani cabai dan sayur dari Serang, Hadi Santoso, menyatakan kegembiraannya. “Selama ini kami kesulitan mengirim hasil panen karena jalan macet atau kendaraan kurang layak. Dengan kereta ini, sayur dan cabai kami bisa sampai pasar lebih cepat dan tetap segar. Ini benar-benar inovasi yang membantu petani seperti kami,” ujarnya.
Selain fokus pada distribusi, KAI juga menekankan aspek keberlanjutan dan ramah lingkungan. Menggunakan kereta dibandingkan truk berarti mengurangi emisi karbon dari transportasi jalan raya. Hal ini sejalan dengan visi pemerintah dalam mendukung transportasi berbasis kereta yang lebih hemat energi dan ramah lingkungan. Direktur Operasional KAI, Rina Dewi, menegaskan, “Dengan kereta, kita tidak hanya efisien secara ekonomi, tetapi juga berkontribusi pada pengurangan polusi udara di wilayah Banten dan sekitarnya.”
Kereta Petani Banten ini juga dilengkapi sistem digital tracking, sehingga petani dan pedagang dapat memantau lokasi kereta secara real-time. Sistem ini membantu meningkatkan transparansi dan kepercayaan dalam rantai distribusi, mengurangi risiko keterlambatan atau kehilangan barang. Dengan demikian, kereta ini tidak hanya sekadar moda transportasi, tetapi juga inovasi digital yang mendukung modernisasi logistik pertanian.