8. Bangladesh
Bangladesh mungkin mengejutkan banyak orang karena negara ini pernah dikenal sebagai pusat industri tekstil terbesar di dunia. Namun, meskipun GDP PPP totalnya besar, yaitu 317,44 miliar dolar AS, pendapatan per kapitanya hanya 1.847 dolar AS.
Masalah utama yang dihadapi adalah overpopulasi, kesenjangan sosial, dan infrastruktur yang belum merata. Banyak masyarakat di pedesaan masih hidup di bawah garis kemiskinan, meskipun kota-kota besar menunjukkan pertumbuhan pesat.
9. Kamboja
Kamboja mencatat GDP PPP 33,91 miliar dolar AS dengan per kapita 7.029 dolar AS. Perekonomian negara ini masih bergantung pada sektor garmen dan pariwisata yang berupah rendah.
Sayangnya, akses pendidikan dan lapangan pekerjaan di pedesaan masih terbatas, membuat jurang kemiskinan semakin melebar. Meskipun ada pertumbuhan ekonomi, dampaknya belum merata ke seluruh lapisan masyarakat.
Dari kesembilan negara ini, kita bisa melihat bahwa tantangan ekonomi tidak hanya disebabkan oleh rendahnya GDP, tetapi juga oleh faktor sosial, politik, dan infrastruktur. Konflik berkepanjangan, ketergantungan pada remitansi, hingga distribusi pembangunan yang tidak merata membuat mereka sulit keluar dari jerat kemiskinan.
Namun, bukan berarti tidak ada harapan. Jika negara-negara ini mampu membenahi sektor industri, meningkatkan kualitas pendidikan, dan menarik investasi asing, maka potensi pertumbuhan ekonomi ke depannya masih sangat besar.