Selain itu, pembabatan hutan adat Papua juga berpotensi merusak ekosistem yang terdapat di dalamnya. Berbagai spesies tumbuhan dan hewan langka serta endemik yang hidup di hutan adat tersebut mungkin akan menjadi korban dari rencana pembabatan ini. Kerusakan ekosistem hutan adat pun dapat berdampak pada ketersediaan air bersih, menyebabkan kelangkaan sumber daya alam, dan bahkan mempercepat perubahan iklim global.
Namun, di balik rencana pembabatan hutan adat Papua ini, terdapat juga kepentingan ekonomi. Pembabatan hutan adat tersebut diyakini untuk dijadikan sebagai lahan perkebunan atau tambang. Namun, dampak sosial dan ekologis yang mungkin timbul perlu menjadi perhatian utama. Upaya untuk memanfaatkan sumber daya alam seharusnya tidak boleh dilakukan dengan merugikan masyarakat adat serta merusak lingkungan hidup.
Dalam menghadapi dilema ini, dibutuhkan kebijakan yang berpihak pada keberlangsungan ekologi dan keberlangsungan kehidupan masyarakat adat Papua. Pemerintah, perusahaan, dan berbagai pihak terkait perlu bersinergi untuk mencari solusi terbaik yang dapat melindungi hutan adat Papua sambil tetap memperhatikan kebutuhan ekonomi. Langkah-langkah seperti penguatan perlindungan hutan adat, pengembangan ekowisata, dan pemberdayaan masyarakat adat dalam pengelolaan sumber daya alam dapat menjadi solusi yang dapat ditempuh.
Dalam konteks ini, partisipasi serta dukungan dari berbagai pihak, baik dalam maupun luar Papua, juga akan sangat dibutuhkan. Keterlibatan aktif dari masyarakat, organisasi lingkungan, dunia usaha, dan pemerintah dapat menjadi jalan keluar dalam mengatasi ancaman pembabatan hutan adat Papua. Peran serta dari semua pihak akan menjadi penting dalam menjaga kelestarian hutan adat Papua demi keberlangsungan kehidupan masyarakat adat dan kelestarian ekosistemnya.