Akibat dari insiden tersebut, kampus menghentikan pembangunan pusat olahraga di Morningside dan memutus hubungan dengan lembaga pikiran yang terkait dengan Pentagon.
Tidak hanya itu, demo terus bergema di masa-masa berikutnya. Pada 1985, mahasiswa lagi-lagi menduduki gedung kampus untuk memprotes agar sekolah melakukan divestasi dengan perusahaan yang berbisnis di Afrika Selatan sebagai bentuk penolakan terhadap aksi apartheid.
Tujuh tahun kemudian, para mahasiswa kembali merebut Hamilton Hall untuk menentang rencana kampus mengubah ballroom, tempat Malcolm X tewas, menjadi pusat penelitian biomedis.
Malcolm X merupakan aktivis kulit hitam yang memperjuangkan hak sipil dan kelompok minoritas. Aksi ini menunjukkan bahwa sejarah protes di Universitas Columbia telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kampus itu.