Hizbullah juga mengklaim bahwa mereka berhasil menargetkan Pangkalan Udara Ramat David Israel dengan serangan rudal yang merupakan bagian dari eskalasi aksi perlawanan mereka. Sementara itu, seorang pejabat di Perlawanan Islam di Irak, sebuah kelompok faksi bersenjata yang didukung Iran, juga mengklaim bahwa mereka meluncurkan serangan rudal jelajah dan pesawat nirawak peledak ke Israel sebagai bagian dari "fase baru dalam dukungan kami" kepada Lebanon. Langkah ini memicu ketakutan bahwa konflik di Gaza dan Lebanon dapat menyebar ke wilayah lainnya, menciptakan ketidakpastian di kawasan tersebut.
Serangan yang semakin intens tersebut terjadi kurang dari 48 jam setelah serangan udara Israel yang menargetkan komandan Hizbullah di pinggiran ibu kota Lebanon. Jumlah korban tewas akibat serangan itu telah meningkat menjadi 45, menurut keterangan resmi dari kementerian kesehatan Lebanon pada Minggu.
Tindakan tersebut berdampak besar bagi Hizbullah, di mana 16 anggota termasuk pemimpin senior Ibrahim Aqil dan komandan lainnya, Ahmed Wahbi, termasuk di antara mereka yang tewas pada Jumat, 19 September 2024, dalam serangan paling mematikan dalam hampir satu tahun konflik dengan Israel. Serangan pada Jumat itu memberikan pukulan lain bagi Hizbullah setelah dua hari sebelumnya, di mana pager dan walkie-talkie yang digunakan oleh para anggotanya meledak. Akibatnya, jumlah korban tewas dalam serangan tersebut telah meningkat menjadi 39 orang dengan lebih dari 3.000 orang terluka.